Rabu, 18 April 2012

Mari Kita Lestarikan Permainan Tradisonal

1. Faktor penyebab hilangnya permainan tradisional.


i) beberapa faktor penyebab hilangnya permainan anak tradisional ini, pertama sarana dan tempat bermain tidak ada, kedua adanya penyempitan waktu, terlebih lagi semakin kompleknya tuntutan zaman terhadap anak yang semakin membebani, ketiga terdesak oleh permainan modern dari luar negeri dimana tidak memakan tempat, tak terkendala waktu baik itu siang hari, pagi, sore ataupun malam bisa dilakukan, serta tidak perlu menunggu orang lain untuk bermain

ii) Faktor lain yang tak kalah penting adalah akibat terputusnya pewarisan budaya yang dilakukan oleh generasi sebelumnya dimana mereka tidak sempat mencatat, mendata, dan mensosialisasikan sebagai produk budaya masyarakatnya kepada generasi dibawahnya. Budaya instan yang sudah merasuk pada setiap anggota masyarakat sekarang juga memberikan sumbangan hilangnya permainan tradisional. Kita selalu terlena oleh budaya cepat saji, yang penting sudah tersedia dan siap “dimakan “ tanpa harus melalui proses.


2. Terobosan-terobosan yang dapat dilakukan untuk melestarikan permainan tradisional

i) memasukkan dalam kurikulum sekolah dasar sebagai pembentuk jiwa anak. Anak cenderung lebih mudah memahami sesuatu yang diajarkan melalui media permainan, daripada hanya mendengarkan guru ceramah dan siswa disuruh mencatat.

ii) para pakar dan ahli budaya menciptakan bentuk kreasi baru dari permainan tradisional sehingga tidak dikatakan sebagai ketinggalan zaman, penulis sangat terkesan oleh pakar seni yang mampu menciptakan kreasi baru baik dalam bentuk dolanan maupun tembang dolanan anak dalam kemasan baru dan bernuansa kekinian.

iii) peran serta masyarakat dalam upaya sosialisasi kampanye kembali pada budaya sendiri, karena kajian-kajian mapun penelitian-penelitian tentang permainan anak tradisional tidk akan bermanfaat tanpa dipraktekkan dan didukung oleh masyarakat. Akhir-akhir ini mulai banyak festival-festival dolanan anak tradisional, namun hal ini belum cukup untuk mengangkat nilai-nilia yang terkandung tanpa partisipasi semua kalangan. Jika kepedulian terhadap kekayaan budaya tidak pernah terlintas dalam pikiran kita, bahkan membiarkan ia terkubur oleh arus modernisasi dan gedung-gedung pencakar langit. Pada suatu waktu nanti ia akan dikenang sebagai sesuatu yang pernah dimiliki oleh nenek moyang kita dan hanya menjadi kajian para sejarawan, budayawan, maupun antropolog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar